TANGGAL: 26 NOVEMBER 2014
WAKTU: 10:00 – 12:30
DOSEN: HERMAWAN SEFTIONO
ENZIM
KELOMPOK 3:
MAYA ADRIYANTI 13106006
EMILIA RATIH S 13106003
RANI NURTAENI 13106012
SHERLY PRICILA 13106009
ILMU DAN TEKNOLOGI PANGAN
FAKULTAS BIOINDUSTRI
UNIVERSITAS TRILOGI
2014
BAB I
PENDAHULUAN
1.
Latar
Belakang
Enzim protease yang telah lama digunakan untuk
pengempukan daging berasal dari tanaman misalnya enzim dari alam, enzim papain,
rennin, fisin dan bromelin. Kebanyakan enzim dari alam terdapat pada bahan
pangan, misalnya bromelin terdapat pada tanaman nanas dan papain terdapat pada
tanaman papaya.
Papain merupakan enzim proteolitik yang diambil dari
papaya (Carica papaya). Papain digunakan untuk pengempukan daging, bahan
penjernih pada industri minuman bir, industri tekstil, indutri penyamakan
kulit, industri farmasi dan alat-alat kecantikan (kosmetik) dll. Papain biasa
diperdagangkan dalam bentuk serbuk putih kekuningan dan harus disimpan dibawah
temperature 4oC (Fitriani, 2006). Papain merupakan salah satu enzim proteolitik
yang dihasilkan dari isolasi penyadapan getah buah papaya. Enzim papain berasal
dari buah papaya, sedangkan kandungan tertinggi papain terdapat pada buah
papaya muda. Dalam getah papaya yang masih muda terdapat tiga jenis enzim,
yaitu enzim papain, kimopapain, dan lisozim. Enzim papain dan kimopapain ini
mempunyai kemampuan menguraikan ikatan-ikatan dalam molekul protein, sehingga
protein terurai polipeptida dan dipeptida. Akan tetapi, untuk proses
pengempukkan daging lebih efektif menggunakan enzim papain.
Enzim bromelin adalah enzim enzim yang secara alami
terdapat pada buah dan batang nanas. Bromelin merupakan salah satu jenis enzim
protease sulfhidril yang mampu menghidrolisis ikatan peptide pada protein atau
polipeptida menjadi molekul yang lebih kecil yaitu asam amino. Enzim ini
mempunyai berat molekul 33.000. enzim bromelin dipergunakan dalam industry
makanan, minuman, farmasi dan obat-obatan.
Penelitian enzim bromelain telah dilakukan oleh
Peckolt (1870), Chittenden (1892) dan Caldwell (1905). Penelitian yang
dilakukan oleh pakar tersebut meliputi cara-cara isolasi enzim bromelain dari
sari buah nanas. Penelitian untuk memproduksi enzim bromelain untuk skala
industry dilakukan oleh Balls dan kawan-kawan pada tahun 1942.
Aktifitas enzim bromelain dipengaruhi oleh beberapa
inhibitornya seperti diisopropilfosfofluoridat (DIPF), yang dilaporkan oleh
Murachi T dan Yasui M apada tahun 1965 dapat menghambat aktivitas katalitik
dari enzim bromelain. Disamping itu Husain S dan Lowe G juga meneliti bagaian
aktif dari enzim bromelain, secara sederhana digambarkannya deretan asam amino
pada pusat aktif dari enzim bromelain sebagai berikut:
Cys – Gly – Ala – Cys* - Trp
Dalam
hal ini Cys* merupakan bagian aktif dari bromelain.
Enzim polifenol oksidase (PPO) adalah enzim
oksidoreduktase yang mengandung tembaga (Cu) yang umumnya dikenal berperan
dalam proses melanisasi pada hewan dan pencoklatan pada tanaman. Enzim PPO
tersebar luas di alam, mempunyai berat molekul 128.000 dalam keadaan murni,
tidak berwarna, dan stabil pada pH netral. Pertama kali diidentifikasi pada
tahun 1975 dari jamur. Konsentrasi enzim yang tinggi ditemukan pada jamur, umbi
kentang, apel, pisang, alpukat, daun teh, biji kopi, dan daun tembakau. Selain
pada tanaman, enzim PPO juga ditemukan pada bakteri dan mamalia.
Enzim PPO terdapat dalam plastid dan kloroplas, juga
ditemukan terlarut dalam sitoplasma pada tanaman yang tua dan sebagai fraksi
terlarut dari homogenant beberapa sayur. Enzim polifenol oksidase atau PPO
(Polyphenol Oxidase) telah banyak dilaporkan oleh beberapa peneliti bahwa enzim
tersebut di dalam tanaman berperan terhadap system ketahanan dan penyembuhan
jaringan yang terluka. Pencegahan proses pencoklatan sangat penting dalam
industry makanan, karena warna seringkali dianggap sebagai tolak ukur konsumen
dalam memilih makanan.
2.
Tujuan
-
Mengetahui jenis enzim alami yang
bermanfaat dalam bidang makanan
-
Megetahui cara kerja enzim protease
dalam menghidrolisis protein
-
Mengetahui proses browning secara
enzimatis dan mengetahui proses pencegahannya
BAB II
METODE
1.
Waktu
dan Tempat
-
Hari/Tanggal : Rabu, 26 November 2014
-
Tempat :
Laboratorium Biokimia Lt. 4 Universitas Trilogi
2.
Alat
dan Bahan
-
Alat :
Gelas ukur, beaker
glass, pisau, blender, saringan, sendok, wadah plastic. Mesin: kulkas
(pendingin)
-
Bahan :
Daging, buah nanas, papaya,
apel, kentang, aquadest, asam askorbat (vitamin c), air hangat, larutan garam
3.
Prosedur
Praktikum
-
Bromelin
·
Buah nanas dipotong-potong
·
Ditambahkan 100 ml aquadest
·
Diblender
·
Disaring
·
Filtrate didiamkan selama 15 menit
·
Cairan filtrate dibagi ke dalam 3 wadah
platik yang berisi daging:
Ø Wadah
1 (control)
Ø Wadah
2 (disimpan ke dalam lemari pendingin)
Ø Wadah
3 (disimpan pada suhu kamar)
·
Diamati setelah 1 dan 2 jam
·
Dicatat hasil
-
Papain
·
Buah pepaya dipotong-potong
·
Ditambahkan 100 ml aquadest
·
Diblender
·
Disaring
·
Filtrate didiamkan selama 15 menit
·
Cairan filtrate dibagi ke dalam 3 wadah
plastik yang berisi daging:
Ø Wadah
1 (control)
Ø Wadah
2 (disimpan ke dalam lemari pendingin)
Ø Wadah
3 (disimpan pada suhu kamar)
·
Diamati setelah 1 dan 2 jam
·
Dicatat hasil
-
Polifenol
Oksidase
·
Buah apel atau kentang dipotong-potong
dadu
·
Dibagi kedalam ke dalam 5 wadah:
Ø Wadah
1 (control)
Ø Wadah
2 (dalam asam askorbat/vit.c)
Ø Wadah
3 (dalam larutan garam)
Ø Wadah
4 (dalam air)
Ø Wadah
5 (dalam air hangat 60oC selama 10 menit)
·
Diamati setalah 1 dan 2 jam
·
Dicatat hasilnya
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
1.
Hasil
-
Bromelin
·
1
jam
Wadah
ke:
|
Tekstur
|
Warna
|
Bau
|
I
(control)
|
Agak
keras
|
Merah
segar
|
Daging
segar
|
II
(disimpan dalam lemari es)
|
Agak
lembut dan empuk
|
Merah
agak putih
|
Bau
daging segar dan bau nanas
|
III
(dismpan pada suhu kamar)
|
Lembut
dan empuk
|
Putih
pucat (kecoklatan)
|
Bau
daging segar dan bau nanas
|
·
2
jam
Wadah
ke:
|
Tekstur
|
Warna
|
Bau
|
I
(control)
|
Keras
|
Merah
pucat
|
Daging
segar
|
II
(disimpan dalam lemari es)
|
Lembut
dan empuk tidak mudah hancur
|
Agak
coklat
|
Bau
daging segar dan bau nanas
|
III
(disimpan pada suhu kamar)
|
Lembut
dan empuk
|
Putih
pucat
|
Bau
daging segar dan bau nanas
|
-
Papain
·
1
jam
Wadah
ke:
|
Tekstur
|
Warna
|
Bau
|
I
(control)
|
Keras
|
Tidak
berubah
|
Khas
daging
|
II
(disimpan dalam lemari es)
|
Empuk
|
Pucat
|
Bau
pepaya
|
III
(dismpan pada suhu kamar)
|
Empuk
|
Merah
pucat
|
Bau
pepaya
|
·
2
jam
Wadah
ke:
|
Tekstur
|
Warna
|
Bau
|
I
(control)
|
Tidak
berubah
|
Tidak
berubah
|
Tidak
berubah
|
II
(disimpan dalam lemari es)
|
Empuk
|
Lebih
pucat
|
Khas
pepaya
|
III
(disimpan pada suhu kamar)
|
Lebih
kenyal, empuk
|
Pucat
|
Khas
pepaya
|
-
Polifenol
Oksidase
·
1
jam
Wadah
ke:
|
Apel
|
Kentang
|
I
(control)
|
Mengalami
kecoklatan
|
Coklat
|
II
(as. Askorbat)
|
Tidak
mengalami pencoklatan
|
Tidak
mengalami pencoklatan
|
III
(larutan garam)
|
Tidak
mengalami pencoklatan
|
Sedikit
mengalami pencoklatan
|
IV
(air)
|
Sedikit
coklat
|
Tidak
mengalami pencoklatan
|
V
(air hangat selama 10 menit)
|
Coklat
(lembek)
|
Tidak
mengalami pencoklatan
|
Keterangan:
-
Apel dalam wadah I, II, III, dan IV
tidak berbau dan tekstur sama
-
Kentang dalam semua wadah tidak berbau
dan tekstur sama
·
2 jam
Wadah
ke:
|
Apel
|
Kentang
|
I
(control)
|
Lebih
coklat
|
Lebih
coklat
|
II
(as. Askorbat)
|
Tidak
mengalami pencoklatan
|
Tidak
mengalami pencoklatan
|
III
(larutan garam)
|
Tidak
mengalami pencoklatan (lebih lembek)
|
Coklat,
mengalami hipertonik
|
IV
(air)
|
Sedikit
coklat (lebih lembek)
|
Tidak
mengalami pencoklatan
|
V
(air hangat selama 10 menit)
|
Coklat
(lembek)
|
Tidak
mengalami pencoklatan
|
Keterangan:
-
Tekstur apel dalam wadah III, IV dan V
lebih lembek dan bau tidak berubah
-
Tekstur kentang dalam wadah III
mengalami hipertonik dan bau tidak berubah
2.
Pembahasan
Enzim bromelain dan papain yang terdapat dalam buah
nanas dapat melunakan daging dan daging akan semakin empuk jika direndam dalam
ekstrak dari nanas dan papaya. Daging akan semakin empuk jika direndam dalam
enzim proteolitik dan disimpan pada suhu kamar karena pada suhu dingin dapat
menghambat proses enzimatis.
Gel gelatin dapat dipengaruhi berbagai factor
khususnya keberadaan atau ketiadaan enzim proteolitik dalam bahan yang
ditambahkan pada gelatin. Pengaruh dari enzim proteolitik tergantung dari
perlakuan panas awal dari materi makanan yang mengandung enzim.
Enzim adalah molekul biopolimer yang tersusun dari
serangkaian asam amino dalam komposisi dan susunan rantai yang teratur dan
tetap. Enzim memegang peranan penting dalam berbagai reaksi di dalam sel.
Sebagai protein, enzim diproduksi dan digunakan oleh sel hidup untuk
mengkatalisis reaksi, antara lain konversi energi dan metabolisme pertahanan
sel.
Pada nanas, gelatin yang dicampurkan dengan nanas
beku menghasilkan kekentalan yang lebih tinggi dibanding dengan nanas biasa hal
ini dikarenakan enzim bromelin yang terdapat pada nanas mempengaruhi kelarutan
gelatin. Pada nanas biasa, enzim bromelin yang dihasilkan dari nanas yang tidak
dibekukan bisa melarutkan gelatin karena enzim tersebut masih bisa aktif dan
bersifat sebagai katalis. Sedangkan pada nanas yang dibekukan sudah kurang
aktif hal ini berpengaruh pada lamanya waktu kerja enzim juga mempengaruhi
keaktifannya, sehingga gelatinnya tidak dapat larut dengan baik.
Proses pembekuan makanan melibatkan pemindahan panas
dari produk makanan. Hal ini akan menyebabkan membekunya kadar
air
di dalam makanan dan menyebabkan berkurangnya aktivitas
air
di dalamnya. Menurunnya temperatur dan menghilangnya ketersediaan air menjadi
penghambat utama pertumbuhan mikroorganisme
dan aktivitas enzim
di dalam produk makanan, menyebabkan makanan menjadi lebih awet dan tidak mudah
membusuk. Keunggulan dari teknik pembekuan makanan adalah semua hal tersebut
dapat dicapai dengan mempertahankan kualitas makanan seperti nilai nutrisi,
sifat organoleptik,
dan sebagainya.
Ketika makanan dipaparkan ke temperatur dingin, produk
makanan tersebut akan kehilangan panas akibat laju pindah
panas yang terjadi dari makanan ke medium bertemperatur
rendah di sekitarnya. Permukaan makanan akan mengalami penurunan temperatur
lebih cepat dibandingkan dengan bagian dalamnya.
Peptidase merupakan salah satu jenis enzim yang
banyak digunakan dalam berbagai jenis industry, seperti roti,
daging,
tekstil,
detergen,
dan keju.
Rennet
merupakan enzim golongan peptidase yang digunakan dalam mengkoagulasikan
protein susu
dalam pembuatan keju. Jenis peptidase lain, seperti papain dan bromelain,
banyak digunakan dalam mengempukkan tekstur daging. Peptidase juga dapat
diaplikasikan dalam industri tekstil
untuk membuat benang
yang berkualitas baik.
Pencoklatan enzimatis dapat terjadi karena adanya
jaringan tanaman yang terluka, misalnya pemotongan, penyikatan, dan perlakuan
lain yang dapat mengakibatkan kerusakan integritas jaringan tanaman. Adanya
kerusakan jaringan seringkali mengakibatkan enzim kontak dengan substrat. Enzim
yang bertanggung jawab dalam reaksi pencoklatan enzimatis adalah oksidase yang
disebut fenolase, fenoloksidase, tirosinase, polifenolase, atau katekolase.
Dalam tanaman, enzim ini lebih sering dikenal dengan polifenol oksidase (PPO).
Substrat untuk PPO dalam tanaman biasanya asam amino tirosin dan komponen
polifenolik seperti katekin, asam kafeat, pirokatekol/katekol dan asam
klorogenat . Tirosin yang merupakan monofenol, pertama kali dihidroksilasi
menjadi 3,4-dihidroksifenilalanin dan kemudian dioksidasi menjadi quinon yang
akan membentuk warna coklat.
Untuk menghindari
terjadinya reaksi browning enzimatis dapat dilakukan dengan mengeliminasi
(menghilangkan) salah satu atau beberapa komponen tersebut. Penghambatan
pencoklatan enzimatis dapat dilakukan baik dengan perlakuan fisik (pemanasan,
pendinginan, pembekuan, aplikasi tekanan tinggi, irradiasi, dan lain-lain),
maupun penambahan zat penghambat (pereduksi, pengkelat, asidulan, penghambat
enzim, dan agen pengkompleks). Kombinasi dari kedua cara tersebut juga dapat
dilakukan untuk mendapatkan penghambatan yang lebih efektif. Penggunaan zat
penghambat sebaiknya tidak mempengaruhi tekstur, rasa dan aroma produk akhir.
Perendaman dalam asam
organik menyebabkan penurunan nilai pH sehingga aktivitas enzim fenolase dapat
diminimalisir. Reaksi
browning dapat dicegah dengan menambahkan senyawa-senyawa anti pencoklatan,
antara lain senyawa-senyawa sulfit, asam-asam organik dan dengan blanching/blansir.
Enzim
polifenol oksidase (PPO) adalah enzim oksidoreduktase yang mengandung tembaga
(Cu) yang umumnya dikenal berperan dalam proses melanisasi pada hewan dan
pencoklatan pada tanaman. Konsentrasi enzim yang tinggi ditemukan pada jamur,
umbi kentang, apel, pisang, alpukat, daun teh, biji kopi, dan daun tembakau.
Selain pada tanaman, enzim PPO juga ditemukan pada bakteri dan mamalia.
Pada
tanaman, enzim PPO terdapat dalam plastida dan kloroplas, juga ditemukan
terlarut dalam sitoplasma pada tanaman yang tua dan sebagai fraksi terlarut
dari homogenat beberapa sayur. Enzim polifenol oksidase atau PPO (Polyphenol
Oxidase) telah banyak dilaporkan oleh beberapa peneliti bahwa enzim
tersebut di dalam tanaman berperan terhadap sistem ketahanan dan penyembuhan
jaringan yang terluka.
Enzim PPO
dalam tanaman tingkat tinggi memiliki peran secara fisiologis yaitu dalam
pembentukan pigmen, penghalangan molekul oksigen pada kloroplas, serta
pemblokiran radikal bebas dalam jaringan fotosintesis.
Selain
berperan dalam mekanisme resistensi, dalam kimia analitik enzim PPO digunakan
untuk membantu menganalisis senyawa-senyawa kimia obat seperti parasetamol dan
askorbat, dimana senyawa-senyawa ini akan menjadi senyawa bentuk teroksidasi
setelah diperlakukan dengan enzim.
BAB IV
SIMPULAN
Setelah
dilakukan praktikum “Enzim” maka dapat disimpulkan bahwa:
-
Penambahan nanas berpengaruh terhadap
tekstur gelatin. Buah nanas mengandung bromelain (enzim protease yang dapat
menghidrolisa protein).
-
Kekentalan
suatu gelatin dapat dipengaruhi oleh adanya suatu enzim, seperti enzim
proteolitik.
-
Gelatin
akan terhidrolisis oleh enzim prosteolitik menjadi asam amino.
-
Menurunnya temperatur dan menghilangnya
ketersediaan air menjadi penghambat utama pertumbuhan mikroorganisme
dan aktivitas enzim
di dalam produk makanan, menyebabkan makanan menjadi lebih awet dan tidak mudah
membusuk.
-
Enzim yang bertanggung jawab dalam
reaksi pencoklatan enzimatis adalah oksidase yang disebut fenolase,
fenoloksidase, tirosinase, polifenolase, atau katekolase.
-
Penghambatan
pencoklatan enzimatis dapat dilakukan baik dengan perlakuan fisik (pemanasan,
pendinginan, pembekuan, aplikasi tekanan tinggi, irradiasi, dan lain-lain),
maupun penambahan zat penghambat (pereduksi, pengkelat, asidulan, penghambat
enzim, dan agen pengkompleks).
-
Reaksi
browning dapat dicegah dengan menambahkan senyawa-senyawa anti pencoklatan,
antara lain senyawa-senyawa sulfit, asam-asam organik dan dengan blanching/blansir.
DAFTAR PUSTAKA
Buckle, K.A, Edwards, R.A., Fleet, G.H., Wooton, M. 1987. Ilmu Pangan
(Penerjemah : Hari Purnomo dan Adiono). Universitas Indonesia Press: Jakarta.DeMann, J.M. 1997. Kimia Makanan. Edisi 2. Penerbit:ITB Bandung.
Fessenden, R.J. J.S Fessenden. 1986. Kimia Organik. Penerjemah: AH
Winarno, F.G.1987. Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.
No comments:
Post a Comment